CLICK HERE FOR FREE BLOGGER TEMPLATES, LINK BUTTONS AND MORE! »

Rabu, 29 Februari 2012

Rainy Alone

RAINY ALONE
Alone...
I walk without other
rainy...

I think about life alone...
I feel rain's very sweet
rainy...
I life with candle memoir ....

gerimis itu mengiringi,
kepergian indah sebuah jalan mencapai ti2k zenith tanpa ujung
Rasa tanpa nama,
indah dalam kesunyian
angin semilir membawa rasa itu terus ke relung kalbu

menyimpan sebuah kisah
kesendirian manusia
-Tasikmalaya,24 oktober 2009-

Kecewa 2

Menjalani kehidupan seperi biasa,aku menjalani rutinitasku sebagai penjalan perintah Tuhan,mencari ilmu. Hari itu kujalani dengan murung karena toh aku tahu hari ini akan buruk. Darimana aku tahu,entahlah. Seblumnya aku telah mendaftarkan diriku pada “ajang pemilihan manusia terpilih” dalam lingkkunganku. Aku berharap menjadi yang terpilih karena aku merasa mampu. Karena aku merasa pantas. Karena akulah pion Tuhan yang berharga dan memilki kemampuan. Aku melihat manusia lain berharap sama seperti diriku. Mengharapkan mereka terpilih. Mengharapkan merekalah yang terbaik. Aku merasa mereka seolah acuh namun aku tahu hati mereka menantikan ini. Dan datanglah badai besar iru,aku tak mereka pilih. Aku tak mereka gubris. Ha..ha sayangnya aku sudah membayangkan hal ini. Bahwa hari ini akan buruk. Bahwa hari ini akan hancur. Aku muak pada mereka. Apakah hal itu wajar?. Sebagai pion Tuhan yang terpilih. Seharusnya aku yang mereka pilih.
Aku marah. Aku muak. Aku muak pada mereka yang memilih. Apakah mereka pemilih yang benar. Apakah mereka berhak menentukan nasibku. Apakah mereka berhak memutuskan harapanku. Apakah mereka berhak menyingkirkanku. Aku benci mereka seolah mereka yang banar. Hei..hei.. lihat dirimu tak lebih baik dari diriku. Mereka menyebalkan. Seolah mereka lah Tuhanku. Dan aku muak pada mereka yang terpilih. Aku heran mereka yang memilih memilki kebutaan terhadap yang mereka pilih. Lihat apa keunggualan mereka. Apa kemampuan mereka tentang kehidupan. Hei akulah yang lebih memahami kehidupan ini. Karena akulah aktor Tuhan.

Lelah aku menghujat mereka. Hari ni aku belajar satu lagi alur naskah Tuhan. Aku tak ditakdirkan jadi yang terpilih di komunitasku. Tuhan tak memberi jalan sebagai terpilih di kalangan manusia-manusia itu. Aku kecewa. Tapi seklai lagi aku menyadari,apa kehendakku sebagi pion. Haruskah melawqan. Namun semenjak hari itu aku berjanji pada Tuhanku bahwa aku akan lebih baik. Bahwa aku akan membuktikan aku adalah pionnya yang terbaik. Aku akan membuktikan pada mereka yang memillih,mereka akan menyesal. Aku bersumpah!!!.

Kecewa

Hari itu kegelisahan yang kurasa. awal pagi yang mendung membuatku malas untuk beraktifitas. Adakalanya perasaan pesimis muncul. dalam menghadapi hari. seakan hari ini tak akan sukses berjalan. aku berpikir mengpa perasaan ini muncul di dalam diriku?. Pertanyaan yang sia-sia untuk ditanyakan,karena diriku pun belum menemukan jawabannya. Apa arti kehidupan yaqng kujalani,jika diriku sendiri tak memiliki tujuan yang jelas. Tapi kehidupan ini terus berjalan tak mengenal ampun,tak mengenal kata 'berhenti' walaupun sejenak. Dan di sinilah aku ada,di dunia ini,sebagai "pion" Tuhan yang bernama manusia. Pion yang berjalan di dunia milik Sang Maha Agung. Puion yang tak memiliki kuasa untuk bergerak sendiri. Pion yang hanya dapat berjalan atas perintah Tuhannya. Aku akui Aku tak memiliki kekuatan melawan penciptaku. Tapi terkadang aku mearsa ingin bebas tanpa Ia mengendalikanku.Sulit jika hidup terus berada dalam pengendlianNYa. Melihat realitas,kurasa keinginanku mustahil terwujud. aAku tak bisa melawan kehendak Sang Tuan. Jalan kehidupanku pun telah dirancang olehNya. Dia Sang Sutradara sekaligus Penulis skenario. Dan aku adalah aktor yang harus memainkan pernnya sesuai kehendak sutradara. Sebaaimana tertulis dalam naskah takdir dalam film brjudul "KEHIDUPAN"


HITAM

pucat gelombang gembira

dalam asa yang terpusara

sepi menggenggam suara

tanpa cita

tanpa kuasa

gelap menggelayut dalam lorong

kegelisahan,kebencian,keterpurukan,menggaung

memenuhi lagit hati

tanpa ampun

tanpa santun

mati