Sedari tadi aku masih belum beranjak dari tepi trotoar ini. Orang-orang
berlalu lalang dengan memegang payung di tangannya. Beberapa orang ada yang berani menembus hujan
yang cukup lebat. Aku memilih menunngu hujan ini reda. Tak ada salahnya bukan
sesekali orang harus mengalah pada tantangan. Buat apa bersusah-susah menembus
hujan,toh suatu saat hujan pun kan berhenti.Yah,aku menganggap hujan adalah tantangan.
Bukan khayalan yang biasa ditulis oleh penyair-penyair pemuja hujan. Hujan adalah
tantangan untuk mengetahui seberapa jauh aku mampu melupakan pahit itu. Rasa pahit
yang melekat dalam hatimu,melebihi rasa pahit biji kopi. Dan kebodohanku telah menggoreskan rasa pahit itu di salah
satu sudut hati.
“Kamu tahu?”tanyanya saat itu di kala hujan gerimis.
“Apa?” kataku.
“Kapanpun hujan turun aku akan selalu mengingatmu.”jawabnya
sembari menatap kedalam mataku.
Aku memandangnya tak berkedip bangga dan bahagia.
“Mengapa?” tanyaku.
“Karena hujan seperti dirimu yang mampu meredam kesedihanku
sama seperti hujan yang meredam kekeringan tanah.”.
Saat itu aku hanya mampu tersenyum bahagia dan mensyukuri
bahwa dirinya adalah kekasihku. Laki-laki yang tampan,baik hati,dan dewasa. Apa
lagi yang mesti kuharapkan darinya?.Sempurna.
Namun hujan tak selamanya hanya gerimis syahdu. Hujan terkadang
disertai petir dan kilat yang menakutkan dan merobek pendengaranmu bahkan
hatimu. Aku hendak menemuinya,kekasihku, saat itu.Kami berjanji bertemu di Café,tempat
biasa kami bertemu. Hujan mengguyur kembali kota,melepas kerinduannya terhadap
aspal jalanan. Aku mengayuh kakiku dengan perasaan ringan bak seorang gadis
yang baru jatuh cinta,maklum aku sudah tak bertemu dengannya sekitar setahun. Satu
blok lagi,aku akan sampai di Café. Sesekali aku melirik kanan-kiri . Drrrrtttt,handphoneku
bergetar. “Tunggu aku disana,aku sedikit terlambat,ada yang ingin aku
bicarakan,penting!” sms darinya. Tak sengaja mataku tertumbuk pada satu titik
di sebuah Wedding Dress Shop. Aku memerhatikan
ada seorang wanita yang sedang fitting baju pengantin. Cantik dan anggun. Lalu wanita
itu kembali masuk ke ruang ganti. Aku memandang sekeliling toko ,dan
perhatianku tertuju pada seorang pria yang duduk gelisah di pojok ruangan toko
itu. Aku amat mengenal raut wajah itu. Dia kekasihku,apa yang dilakukannya di
toko itu. Aku bergegas masuk ke toko tersebut dan menghampirinya.
“Hei,Ryan sedang
apa disini?.” Aku bertanya dengan penuh rasa penasaran.
Ryan tampaknya
tidak memerhatikan saat aku masuk ke toko tersebut. Tampak dari raut mukanya
yang sangat kaget. Dia terdiam beberapa saat. Aku semakin bingung dibuatnya. Wajah
Ryan pucat pasi dan membisu. Aku ingin tetawa melihatnya. Ryan jarang
berekspresi seperti itu.
Tiba-tiba penjaga toko membuka ruang ganti,dan
didalamnya tampak wanita tadi yang telah berganti dengan pakaian pengantin lain
yang lebih indah. “Sayang,bagaimana dengan baju yang ini?” wanita itu berbicara
tanpa melepaskan pandangan ke bagian bawah pakaian tersebut. Aku yang tak paham
siapa yang dipanggil sayang,mengerenyitkan dahi. Karena yang ditanya tak
kunjung menjawab,si wanita bertanya dua kali. “Ryan sayang,bagaimana dengan
baju yang ini?”sambil menatap kekasihku. Wait,! Dia bilang Ryan SAYANG,.WHAT??!!!.
Ryan bangkit dari duduknya. “Rin,dengar penjelasanku dulu!” Ia memegang pergelangan tanganku. Aku yang
mulai mengerti keadaannya hanya mampu mematung dan membisu. Tak satu pun kata
keluar dari mulutku,setetes air mata jatuh. Aku memandang Ryan dengan raut
kecewa dan tak berdaya. Aku memegangi dadaku,sesak,serasa ribuan jarum menusuk
tiap inchinya. Pahit hatiku. Jadi wanita ini adalah... aku tak sanggup
mengucapkannya. Wanita dengan gaun pengantin nampak tak mengerti. Kesadaranku kembali
“Lepaskan!!” lirihku.
Ryan nampak tak berdaya. Ada secercah rasa sakit di
matanya. Masa bodoh dengan perasaannya. Tanpa membiarkan ia berkata,Aku berlari
keluar menembus hujan yang masih deras. Kekasihmu berkhianat kata-kata
itu terus memenuhi ruang otakku. Aku terus berlari tak peduli dengan rasa pedih
di mataku akibat tusukan air hujan. Pedih
di hatiku lebih sakit. “Brakkkkk” suara
mobil di belakangku,disertai decit remnya. Aku enggan berbalik ke belakang. Aku
terus berlari mencoba menjauh dari Ryan,dari kenyataan pahit ini. Aku tak ingin
bertemu lagi dengannya. Tak ada ruang untuk apapun yang akan dikatakannya. Saat
itu aku tak tahu,bahwa Tuhan memang mengabulkan doaku. Aku tak pernah bertemu
Ryan lagi selamanya.
Dan disini aku kembali
dalam hujan,mencoba menaklukannya. Berharap tetesan hujan membawa penyesalan
diriku. Aku yang tak pernah mendengarkan penjelasan Ryan. Aku yang egois. Tepat
di hari terakhir kami bertemu,Ryan berniat memutuskan pertunangan dengan gadis
pilihan orang tuanya demi diriku. Ia mencintaiku seorang,hanya diriku tak ada
yang lain.
Well,.. ini hanya coba-coba,.. mohon maaf bila banyak kesalahan.^_^,.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar